Rabu, 26 Oktober 2016

50 Motif Batik Indramayu Yang Sudah Dipatenkan (Bagian 5)

Motif Batik Indramayu 
Batik Indramayu memiliki ciri khas tersendiri bila dibandingkan dengan motif batik dari daerah lain termasuk dari tetangganya Batik Cirebon yang terkenal dengan batik Trusminya. Letak geografis dan astronomis membuat batik Indramayu memiliki keunikan tersendiri.


Tidak heran jika motif batik tersebut lebih banyak menggambarkan binatang, tumbuh-tumbuhan dan peralatan yang ada sejak dulu hingga sekarang. Motif-motif tersebut banyak sekali, tetapi ada beberapa yang sudah memiliki hak cipta dan dipatenkan. Tulisan ini merupakan lanjutan 50 Motif Batik Indramayu yang sudah dipatenkan dari Bagian 1Bagian 2Bagian 3 dan Bagian 4.

Berikut 50 motif batik Indramayu yang sudah dipatenkan (Bagian 5) :

Motif Kayu Gorda

41. Kayu Gorda (HC No.023965). Motif ini menggambarkan pohon dengan bagian batang dan ranting yang menjalar besar dan kuat. Pohon yang tumbuh melindungi aneka hewan dan ikan yang hidup di bawahnya. Beberapa orang menyebut pohon ini pohon bakau yang biasa ditemui di pantai atau rawa-rawa. Biasanya tumbuh dengan akar yang panjang dan masuk ke air. 

Motif Udan Liris

42. Dan Liris/Udan Liris (HC No.023966). Motif ini mengandung makna ketabahan dan harus tahan menjalani kehidupan dengan rasa prihatin biarpun dilanda panas dan hujan. Setiap orang yang berumah tangga, apalagi pasangan yang baru menikah, harus mau dan berani hidup prihatin ketika banyak halangan dan cobaan. Ibaratnya seperti tertima hujan dan panas, tidak boleh mudah mengeluh. Segal macam halangan dan rintangan itu harus dihadapi dan menyelesaikannya bersama-sama. 


43. Srintil (HC No.023967). Srintil merupakan sejenis burung yang banyak hidup dan beterbangan di rawa dan pesisir pantai Indramayu. Burung yang indah dengan sayap yang panjang di sepanjang pesisir, balong (rawa-rawa) dan tambak ikan petani di wilayah Indramayu. 

Motif Teratai

44. Teratai (HC No.023968). Motif teratai adalah penggambaran bunga. Bunga teratai akrab bagi warga Indramayu khususnya bagi para pembatik yang tinggal di daerah berawa dan sekitar pantai. Tangkainya yang biasa dibikin tumis dan bijinya biasa dibuat kuaci. Bunga ini memberi inspirasi bagi para pembatik dan dituangkan indah dalam sehelai kain yang merupakan simbol kesucian dan kebenaran. 

Motif Tiga Negeri

45. Tiga Negeri (HC No. 023969). Tiga Negeri menggambarkan tiga aspek kehidupan yang merupakan dasar keseimbangan yaitu tanah, air dan udara. Menjaga ketiganya merupakan syarat menuju hidup yang berkeadilan dan berkemakmuran. 

Motif Banji Tepak

46. Banji Tepak (HC. No.023970). Motif ini memiliki makna keteraturan kehidupan. Motif banji merupakan ornamen swastika yang disusun yang tiap ujungnya saling menyambung (swastika tertutup). Nama “Bandji” berasal dari bahasa tionghoa yang artinya ban artinya sepuluh dan dzi artinya beribu perlambang murah rejeki dan kebahagiaan yang berlipat ganda. Banji Tepak bermakna sebagai kotak perhiasan yang melambangkan kesuburan dan keragaman, dirangkai oleh ornamen swastika yang saling terkunci. Motif Banji pada batik Indramayu menggambarkan kotak yang berisi aneka ragam hias mencerminkan kekhasan lokal berupa kekayanaan ikan, udang, burung, binatang piaraan, persawahan, dan aneka tumbuhan. Merupakan cermin mata pencaharian di daerah pembatikan Paoman, Babadan dan Penganjang Kabupaten Indramayu. Makna batik ini menunjukkan kekayaan tanah dan laut Indramayu yang harus selalu dijaga dan dimanfaatkan dengan baik. 

Motif Ayam Alas

47. Ayam Alas (HC No.0239971). Motif Ayam Alas merupakan penggambaran keadaan dari alam sekitar daerah Indramayu. Sebagian daerah Indramayu terutama bagian selatan memang banyak ditemukan alas (Hutan) dan ankea satwa yang hidup didalamnya pada waktu itu. Motif ini didominasi oleh ragam hias dedaunan yang menjuntai, beranting dan ayam yang mempunyai bulu yang lebat. 

Motif Bokong Semar

48. Bokong Semar (HC No.023972). Motif ini biasanya berwarna dasar hitam dan ragamnya berhias warna warni atau hanya putih. Terinspirasi oleh tokoh pewayangan Semar yang memakai sarung atau kain berwarna hitam. Semar dikenal dalam dunia pewayangan berperawakan gemuk. Semar menggambarkan tokoh yang bijaksana. Beberapa masyarakat mempercayai bahwa memakai motif ini melambangkan kebijaksanaan. 

Motif Banji

49. Banji (HC No.023973) Nama Bandji berasal dari bahasa tionghoa yang artinya ban artinya sepuluh dan dzi artinya beribu perlambang murah rejeki dan kebahagiaan yang berlipat ganda. Motif ini memang menggunakan dasar ornamen Banji murni pada latarnya dan dihiasi lunglungan atau motif tumbuhan untuk menghiasnya. Motifg banji dibuat dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan membutuhkan keahlian khusus dalam proses pembatikan. 

Motif Cendrawasih

50. Cendrawasih (HC No.023974). Semua orang mengenal bahwa burung Cendrawasih berasal dari Papua (dulu Irian Jaya). Keindahan burung ini telah menginspirasi para pembatik di Indramayu. Kemungkinan burung ini sudah ada di Indramayu atau pernah dikoleksi pada zaman terdahulu di sekitar Indramayu. Keindahan dan kecintaan akan alam berupa satwa berupa burung banyak menginspirasi para pembatik dalam sebuah helai batik. 


Tamat 


Dikutip dari buku Batik Indramayu Dekranasda Kabupaten Indramayu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar